Edukasi Diet Rendah Garam Dan Pembatasan Cairan Terhadap Self Efficacy Dalam Mengontrol Intake Garam Cairan Dan Motivasi Untuk Sembuh Pada Pasien Hemodialisis Di Samanthah General Hospital Saudi Arabia

Gagal ginjal kronik atau end stage renal disease (ESRD) adalah kerusakan pada fungsi ginjal yang bersifat progresif dan tidak dapat dipulihkan kembali. Kerusakan ginjal yang terjadi secara progresif dan irreversible ini membuat tubuh pasien gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan sehingga terjadi adanya uremia dan penumpukan cairan. Penting untuk memfasilitasi sekaligus mengajarkan pasien mengenai cara pemenuhan nutrisi yang optimal seperti melalui pelaksanaan diet rendah garam dan pembatasan asupan cairan Perlu adanya edukasi dari perawat untuk dapat membantu pasien dalam proses penerapan terapi, Self efficacy sebagai judgement seseorang atas kemampuannya untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Selain itu self efficacy membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan dilakukan seseorang dalam suatu aktivitas, seberapa lama mereka akan bertahan ketika menghadapi rintangan, dan seberapa ulet mereka ketika menghadapi situasi yang tidak cocok. Self efficacy dapat membangun kayakinan terhadap kepatuhan diet pada pasien HD terutama diet rendah garam dan pembatasan cairan. Motivasi dapat dikatakan sebagai penggerak atau dorongan tenaga tertentu pada seseorang dan dapat dipakai sebagai alat untuk menggairahkan seseorang untuk giat melakukan kewajibannya tanpa harus diperintah atau diawasi. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental (Eksperimen Semu). Quasi Eksperimental ini menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group atau sering disebut Non Randomized Kontrol Group Pretest And Posttest Design yang bertujuan untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan Analisa bivariat dengan menggunakan uji t Dependen didapatkan bahwa ada perbedaan self eficasy sebelum dan sesuadah di berikan edukasi pada kelompok intervensi dengan p-value 0,001<0,05 dengan nilai t 4,661 dan ada perbedaan self eficasy pada pengukuran 1 dan 2 pada kelompok kontrol dengan p-value 0,000<0,05 dengan nilai t 4,029. Dari uji t Independen menunjukan t 2,785 dan p value 0,009<0,05 artinya ada perbedaan self eficasy pada kelompok intervensi dan kontrol.Ada perbedaan motivasi untuk sembuh sebelum dan sesuadah di berikan edukasi pada kelompok intervensi dengan p-value 0,001<0,05 dengan nilai t 4,001dan ada perbedaan motivasi pada pengukuran 1 dan 2 pada kelompok kontrol dengan p-value 0,000<0,05 dengan nilai t 4,439 dari uji T Independen menunjukan t 3,312 dan p value 0,002<0,05 artinya ada perbedaan motivasi pada kelompok intervensi dan kontrol. self efficacy membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan dilakukan seseorang dalam suatu aktivitas, seberapa lama mereka akan bertahan ketika menghadapi rintangan, dan seberapa ulet mereka ketika menghadapi situasi yang tidak cocok. Self efficacy dapat membangun kayakinan terhadap kepatuhan diet pada pasien HD terutama diet rendah garam. Motivasi sembuh pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energi) yang mengarah kepada pencapaian kesembuhan. Motivasi sembuh mengalami penurunan pada pasien yang didiagnosa menderita penyakit kronis (Maria et al., 2004). Motivasi yang telah tumbuh dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai kesembuhan.