Analisis Sosiodemografi dan Perilaku 3M Plus Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur

Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular melalui vektor, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Data Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur menyebutkan, mulai Januari hingga pertengahan Februari 2022, sudah terdapat 223 kasus penderita gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan kematian mencapai 9 pasien dan jumlahnya terus meningkat secara signifikan. Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi sangat relevan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini. Aspek yang perlu diperhatikan adalah pengaruh sosiodemografi (meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga) serta perilaku 3M Plus (menguras, menutup, dan mengubur, Plus Lain-Lain) terhadap risiko kejadian Demam Berdarah Denge (DBD). Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol (case control). Studi case control dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden. Hasil: Karakteristik sosiodemografi berdasarkan usia, dari 14 responden yang mengalami kejadian DBD sebanyak 2 responden berusia <30 tahun, 7 responden berusia 30-45 tahun, dan 5 responden berusia >45 tahun; berdasarkan jenis kelamin, dari 14 responden yang mengalami kejadian DBD sebanyak 6 responden merupakan laki-laki dan sebanyak 8 responden merupakan perempuan; berdasarkan tingkat pendidikan, dari 14 responden yang mengalami kejadian DBD sebanyak 4 responden merupakan tamatan SD, 8 responden merupakan tamatan SMP, dan 2 responden rerupakan tamatan SMA; berdasarkan pekerjaan, dari 14 responden yang mengalami kejadian DBD sebanyak 3 responden bekerja sebagai karyawan swasta, 4 responden bekerja sebagai wiraswasta, dan 7 responden tidak memiliki pekerjaan; berdasarkan pendapatan keluarga, dari 14 responden yang mengalami kejadian DBD sebanyak 12 responden memiliki pendapatan keluarga < Rp. 3.515.324 dan sebanyak 2 responden memiliki pendapatan ≥ Rp. 3.515.324. Responden yang mengalami kejadian DBD karena tidak menjalankan perilaku 3M Plus sebanyak 14 responden. Analisa: Hasil analisis penelitian sosiodemografi menunjukkan nilai p-velue 1,000 (usia), 0,995 (jenis kelamin), 1,000 (pendidikan), 1,000 (pekerjaan), dan 0,994 (pendapatan keluarga) lebih besar dari nilai alpha 0,005 yang mengidentifikasikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari karakteristik sosiodemografi ternadap kejadian DBD. Nilai p-value pada variabel perilaku 3M Plus adalah 0,003 lebih kecil dari nilai alpha 0,005 mengidentifikasikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap kejadian DBD. Kesimpulan: Faktor sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga pada penelitian ini tidak berdampak secara signifikan terhadap kejadian DBD, sementara perilaku 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, Plus Lain-Lain) berdampak secara signifikan terhadap kejadian DBD di Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur.