Pengelolaan Sediaan Farmasi Dalam Bentuk Obat Di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati Kabupaten Kediri

Pengelolaan obat dirumah sakit meliputi tahap seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi, dan penggunaan. Ketidakefisienannya dapat berdampak negatif secara medis, sosial maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mendalam pengelolaan obat mulai dari proses pemilihan obat, perencanaan, pengadaan serta pendistribusian sediaan farmasi dalam bentuk obat di RSU Surya Melati. Hasil observasi menunjukkan sejumlah permasalahan dalam pengelolaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Surya Melati. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan desain kualitatif dengan studi fenomenologi. Data dikumpulkan dari pengamatan dokumen serta wawancara mendalam dengan petugas IFRS dan petugas terkait sebanyak 17 informan yaitu Kepala Instalasi Farmasi, Apoteker, Kepala Gudang, Ketua KFT, Kabid Jangmed, Asisten Apoteker, Dokter spesialis, dan bagian keuangan. Data yang diperoleh dari hasil dari wawancara, kemudian dibandingkan dengan standar atau hasil penelitian lainnya dan selanjutnya diolah serta dideskripsikan. Pada proses pemilihan jenis obat dan perencanaan obat, berdasarkan penjelasan dari IK1 dan IK4 pemilihan sudah terlihat efektif sesuai dengan yang dibutuhkan Rumah Sakit dengan mempertimbangkan faktor-faktor untuk obat dapat dipilih dan dimasukkan formularium RS. Tetapi masih perlu perbaikan pada proses pengadaan dan pendistribusian, menurut IK1,IK3 dan IK5 kendala pada proses pengadaan yaitu sering terjadinya kekosongan obat karena Rumah sakit tidak dapat melakukan pengadaan dikarenakan belum bisa melakukan pembayaran untuk tagihan yang sudah jatuh tempo. Untuk proses pendistribusian menggunakan sistem sentralisasi, untuk pasien rawat inap menggunakan system UDD(Unit Dose Dispensing) sedangkan untuk pasien rawat jalan langsung diberikan dengan melihat jumlah stok obat yang ada di farmasi. Diharapkan RS Surya Melati melakukan perbaikan dalam proses perencanaan dan pengadaan sehingga realisasi pengadaan obat sesuai dengan ketersediaan anggaran. Sebaiknya apoteker bertanggungjawab penuh dalam proses pengadaan. Dalam ketersediaan sumber dana diadakan dana khusus untuk penggunaan anggaran biaya tidak terduga dan selalu memantau prosedur pengelolaan obat sehingga obat terdistribusi dengan baik. Petugas farmasi diharapkan selalu meginfomasikan ketersediaan obat kepada Dokter unutk keperluan peresepan pasien.